Pesan Nonverbal 3M+

| Dilihat 2489 Kali

Pesan Nonverbal 3M+
Pesan Nonverbal 3M+

Kalau seorang tokoh berkoar-koar berpesan tentang 3M+ tapi di lain kesempatan dia menyelenggarakan pesta ramai pengunjung, kira-kira apakah pesannya akan dipercaya?

Ya, tentu sulit.

Saat pesan verbal (kata-kata) berkontradiksi dengan pesan nonverbal (tanpa kata-kata), maka orang akan lebih percaya versi nonverbal. Bila sering terjadi, bukan hanya pesan yang tidak dipercaya, tapi orangnya pun jadi tidak terpercaya.

Pesan 3M sudah membanjiri masyarakat. Setiap hari, bertubi-tubi orang mendengar 3M dan 3M lagi. Bahkan ditambah lagi 3M+, 5M, 6M, dan seterusnya. Tidakkah itu akan membuat gerah? Ada saatnya kata-kata perlu direm dan perilaku yang dikedepankan. Mereka yang sering tampil perlu hemat bicara dan lebih menunjukkan perilakunya. Karena perilaku berbicara lebih keras ketimbang kata-kata.

Kelompok-kelompok penari di Bali ingin menunjukkan itu. Menari seperti biasa saja, tapi dengan pakai masker dan berjarak.

Tidak koar-koar pesan 3M, yang sudah terlalu sering didengar warga. Tapi menari seperti biasa saja.

Mereka menunjukkan menari sambil pakai masker dan jaga jarak itu biasa saja. Tidak masalah. Tidak ada yang kurang. Tidak menghebohkan. Biasa saja.

Ini masalah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan (sosial). Survival of the fittest, kata om Darwin. Yang akan bertahan adalah yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bukan masalah kuat-kuatan. Yang kuat imunitasnya pun bisa jebol, kok.

Dan menyesuaikan dengan lingkungan (sosial) untuk cegah virus corona itu gampang. Cuma pakai masker (tidak akan buat pingsan), jaga jarak minimal 1 meter (masih bisa saling mendengar) dan cuci tangan pakai sabun (cuma minimal 20 detik).

Tambahan penting: interaksi outdoor harus diutamakan. Kalaupun indoor, aliran udara mesti super lancar. Tidak tertutup alias jendela dan pintu terbuka lebar-lebar banget. Susahnya di mana?

 

Kontributor:

Risang Rimbatmaja, S.Sos, M.Si (UNICEF)

Editor:

Eunice Margarini, SKM, MIPH (PKM Ahli Muda Direktorat Promkes dan PM Kementerian Kesehatan)

 

Dokumentasi: Ida Ayu Made Eka Trisnadewi (Dinas Kesehatan Provinsi Bali)