Pelaksanaan PHBS di Pesantren
Pondok pesantren memiliki andil yang sangat besar dalam perjalanan sejarah perjuangan hingga mencetak dan mencerdaskan sumber daya bangsa dan negara. Pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren, diakui sebagai model lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang mulai berkembang sejak zaman para pendakwah di tanah Jawa, Walisongo, sekitar abad 15. Kedudukan pesantren sejak dulu tidak hanya sekedar sebagai lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan (pendidikan keagamaan), namun juga sebagai lembaga sosial kemasyarakatan (local community organization) yang memiliki pengaruh kuat di masyarakat. Pesantren terbukti telah memberikan banyak kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai aktivitas yang dilakukannya. Fakta itu menunjukkan bahwa keberadaan pesantren memiliki posisi sangat strategis dalam pembangunan bangsa. Terlebih dengan jumlah pesantren di Indonesia saat ini berdasarkan Data EMIS atau Education Management Information System, terdapat sebanyak 27.732 pesantren dengan jumlah santri sebanyak 3.666.467 santri, sedangkan berdasarkan Pangkalan Data Pondok Pesantren Kementerian Agama tahun 2019, terdapat 27.722 pesantren di Indonesia dengan jumlah santri sebanyak 4.173.027 orang.
Di era modern dan digital sekarang ini, pesantren masih sangat tinggi peminatnya bagi orang tua maupun anak sebagai sebuah pilihan untuk menempuh pendidikan. Dengan banyaknya pesantren yang adaptif terhadap kemajuan zaman dan berusaha menjawab tantangan masa depan dengan menjadi pondok pesantren modern yang mengkombinasikan ilmu umum dan agama, bahkan saat ini para orang tua di kota metropolitan pun turut tertarik untuk menyerahkan anak-anaknya menempuh pendidikan di pesantren. Dengan melihat potensi tersebut, hal ini menjadi penting dan perhatian serius terhadap upaya pencegahan dan pengendalian berbagai penyakit yang mungkin timbul di kalangan santri di pondok agar berdampak pada peningkatan kesehatan yang optimal dan setinggi-tingginya bagi warga di pesantren. Yang pada akhirnya memiliki daya ungkit besar untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan tangguh sebagai aset sumber daya manusia pembangunan nasional.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan faktor utama penentu status kesehatan masyarakat pesantren (pimpinan pesantren, ustadz/ustadzah, santri, pegawai lainnya di pesantren). PHBS di Pesantren adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan masyarakat pesantren secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Pentingnya menerapkan PHBS bagi masyarakat pesantren juga sesuai dengan amanat dari Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Pasal 11) yang menegaskan bahwa setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan RI No. 2269/ Menkes/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan PHBS, PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Secara umum ada tujuh indikator PHBS di pesantren yang ditetapkan, yaitu:
- Mencuci tangan menggunakan sabun
- Mengonsumsi makanan dan minuman sehat
- Menggunakan jamban sehat
- Membuang sampah di tempat sampah
- Tidak merokok, tidak mengonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)
- Tidak meludah di sembarang tempat
- Memberantas jentik nyamuk dan lain-lain dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan.
Mempertimbangkan adanya pandemi Covid-19 serta mengantisipasi permasalahan kesehatan yang saat ini banyak dialami oleh anak usia sekolah, maka ditetapkan PHBS di pesantren sebagai berikut:
- Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di air mengalir
- Menjaga jarak
- Menggunakan masker dan/atau face shield
- Buang sampah pada tempatnya
- Jajan di kantin sehat
- Menggunakan jamban sehat
- Olahraga yang teratur dan terukur
- Memberantas jentik nyamuk
- Tidak merokok di pesantren
- Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
- Menjaga kebersihan diri
- Memelihara kesehatan reproduksi
- Memelihara kesehatan jiwa
- Mengonsumsi makanan sehat
- Menggunakan air bersih.
Pesantren dapat menambahkan indikator PHBS yang dirasakan perlu untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami pesantren. Kesehatan dan kebersihan merupakan hal yang mendapat perhatian besar dari agama Islam. Sebagaimana Abu Malik Al-Ash’ari mengungkap, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kebersihan adalah separuh dari iman.” Hal itu menunjukkan betapa pentingnya menjaga kebersihan hingga kedudukan kebersihan disebut sebagai separuh dari iman. Padahal iman seseorang tidak menjadi muslim jika hanya memiliki separuh iman, artinya keislamannya tidak sempurna. Bagaimana wujud perhatian Islam dalam memandang kebersihan dan kesehatan juga tampak dalam berbagai kegiatan ibadah yang diiringi dengan kewajiban membersihkan diri atau bersuci.
Seperti ketika akan shalat, thawaf, membaca Al Qur’an, dan ibadah lainnya diwajibkan untuk berwudhu. Demikian halnya saat hadas besar harus bersuci dengan mandi junub. Selain itu, mendorong untuk membersihkan gigi (bersiwak atau gosok gigi). Seiring dengan menganjurkan untuk menjaga kebersihan, Islam memerintahkan agar menjaga kesehatan. Sebab, Allah SWT lebih mencintai mukmin yang kuat dan sehat, daripada seorang mukmin yang lemah. Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah SAW pernah bersabda: Artinya: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah.” (HR Al-Bukhari).
Masih banyak dalil lain yang menunjukkan bahwa Islam sangat besar perhatiannya terhadap kebersihan dan kesehatan. Artinya, terkait dengan kedua hal ini memang bukanlah sesuatu yang asing bagi para santri atau masyarakat pesantren. Sebagai lembaga pendidikan agama Islam, bahkan dalil-dalil itu banyak dihafal oleh para santri. Namun, tidak dipungkiri jika dalam pengamalannya sehari-hari di lingkungan pesantren banyak yang masih belum berjalan dengan baik.
Banyak di antara pesantren akibat dari kurang disiplinnya dalam menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, menderita scabies/skabies, penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), penyakit gastritis, kecacingan, dan penyakit kulit. Terutama penyakit kulit, bahkan bisa dikatakan cukup sulit dihindari oleh santri. Tidak lain penyebab utama penyakit tersebut rata-rata terjadi juga oleh karena kondisi kebersihan diri santri dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Oleh karena itu, meningkatkan PHBS Pesantren sangat penting demi terciptanya para santri yang sehat. Hal ini disebabkan oleh karena kesehatan juga menjadi faktor penting agar para santri dapat belajar dan memahami ilmu di pesantren dengan lancar.
Kontributor:
Bambang Purwanto, SKM, MKM
Ahli Madya PKM / Koordinator Substansi Potensi Sumber Daya Promkes
Editor:
Eunice Margarini, SKM, MIPH
Marsha Anindita, S.Ds
Dokumentasi
Pesantren Walisingo Ngabar Ponorogo Jatim.
Pemenang 1 Poskestren Tk Prov Jatim tahun 2019