Hari Anak Nasional, Mari Maknai Arti Penting ‘Anak-anak’ Sebagai Aset Bangsa Paling Berharga

| Dilihat 5696 Kali

Hari Anak Nasional, Mari Maknai Arti Penting ‘Anak-anak’ Sebagai Aset Bangsa Paling Berharga
Hari Anak Nasional, Mari Maknai Arti Penting ‘Anak-anak’ Sebagai Aset Bangsa Paling Berharga

Seperti yang pernah diungkapkan mantan Presiden Soeharto, anak-anak merupakan aset berharga bagi negara. Yang mana, masa depan suatu bangsa ditentukan oleh anak-anak melalui pendidikan dan wawasan yang diterimanya pada masa sekarang. Oleh karenanya, Presiden RI ke-2 mengeluarkan Keputusan Presiden RI Nomor 44 tahun 1984, dengan menetapkan tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional.

Untuk dapat memujudkan generasi penerus bangsa berkualitas, kita—generasi sekarang bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi tumbuh kembang anak.

Keluarga Sebagai Cerminan Baik Buruknya Karakter Anak

Dimulai dari keluarga sebagai lembaga pertama dan utama bagi anak diharapkan dapat berfungsi dalam memberikan perlindungan, pendidikan, kesehatan, serta penanaman nilai-nilai kebaikan kepada anak, sehingga akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia dan cinta tanah air.

Keluarga merupakan awal mula pembentukan kematangan individu dan struktur kepribadian seorang anak. Anak-anak akan mengikuti dan mencontoh  orang tua dengan berbagai kebiasaan dan perilaku karena anak adalah kelompok makhluk yang rentan pengaruh. Dengan kata lain, Baik buruknya keluarga akan menjadi cerminan bagi masa depan anak. Baik buruknya karakter/perilaku  anak di masa datang sangat ditentukan oleh pola pengasuhan yang diberikan oleh keluarganya dan lingkungan terdekatnya.

Masyarakat Sebagai Agen Pelaksana Terwujudnya Indonesia Ramah Anak

Lebih jauh, masyarakat khususnya yang ada di sekitar anak perlu menyadari bahwalingkungan yang aman dan nyaman untuk tumbuh dan berkembang diperlukan untuk turut berkontribusi kepada kemajuan kesejahteraan anak Indonesia.Setiap lapisan masyarakat baik dari tingkat atas maupun tingkat terendah harus menyadari bahwa kebahagiaan anak dimulai dari hal-hal kecil agar Indonesia yang ramah anak bisa terwujud.

Selain itu, perlu disadari juga, anak-anak rentan menjadi korbanbullying, terorisme, serta kejahatan siber (cybercrime), maka diperlukan perlindungan anak berbasis masyarakat bisa berjalan dengan baik, agar kasus kejahatan dan pelanggaran anak di masyarakat bisa ditekan dan pembudayaan ramah anak bisa ditumbuhkan.