Temui Tanda-Tanda Depresi? Jangan Takut Konsultasi

| Dilihat 2472 Kali

Temui Tanda-Tanda Depresi? Jangan Takut Konsultasi
Temui Tanda-Tanda Depresi? Jangan Takut Konsultasi

Tentu sebagian besar dari kita pernah beranggapan bahwa rumah sakit jiwa hanya diperuntukkan bagi para penderita gangguan kejiwaan, atau yang sering kita sebut dengan sebutan ’orang gila’. Namun tahukah Anda, ternyata rumah sakit jiwa bukan sekadar fasilitas rehabilitasi ‘orang gila’?

Seperti yang dituturkan Direktur Utama RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan, dr Aris Tambung, MARS, “Bukan hanya untuk orang gangguan jiwa berat atau yang disebut orang gila, tetapi bagaimana problem kesehatan masyarakat perkotaan misalkan mengalami kesulitan tidur, depresi yang cenderung bunuh diri, atau kecemasan juga mau datang untuk minta pertolongan konsultasi di sini,”.

Beliau menyayangkan stigma negatif tentang rumah sakit jiwa yang selama ini ada di masyarakat. Padahal, salah satu tugas dan fungsi rumah sakit jiwa adalah untuk melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa pencegahan (preventif), di mana rumah sakit jiwa juga bisa menyediakan layanan konsultasi mengenai berbagai permasalahan kesehatan jiwa.

Setiap orang pasti pernah menghadapi suatu masalah hingga mengalami stres. Munculnya rasa stres biasa diawali dari rasa kewalahan saat dihadapkan berbagai tekanan hidup. Apabila rasa stres tidak ditangani dengan bijak, rasa stres tersebut dapat menggiring seseorang ke dalam kondisi depresi.

Depresi adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang terjadi sedikitnya selama dua minggu atau lebih yang memengaruhi pola pikir, perasaan, suasana hati (mood) dan cara menghadapi aktivitas sehari-hari.

Biasanya, penderita depresi akan merasa sedih berkepanjangan, putus harapan, tidak punya motivasi untuk beraktivitas, kehilangan ketertarikan pada hal-hal yang dulunya menghibur, dan menyalahkan diri sendiri, hingga menarik diri dari lingkungan.Jika terus dibiarkan dan tanpa penanganan yang tepat, depresi dapat mengganggu hubungan dengan orang di sekitar.

Menurut catatan WHO, setidaknya 350 juta orang di seluruh dunia mengalami depresi dan lebih dari 800 ribu orang meninggal bunuh diri akibat depresi. Lebih dari itu, depresi dapat menyerang siapa saja dari segala usia dan kalangan.

Psikolog dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta, Tara de Thouars,menjelaskan bahwa depresi dapat dipicu oleh berbagai faktor. Ketatnya kompetisi antar individu dan tingginya beban tuntutan hidup merupakan salah satu faktor utama pemicu depresi.

Namun, depresi bukan tidak dapat dicegah. Ada beberapa upaya pencegahan depresi yang dapat diterapkan, diantaranya adalah dengan cara curhat, mengurangi akses ke media sosial, melakukan relaksasi, rutin berolahraga, atau mengunjungi rumah sakit jiwa untuk melakukan konsultasi dengan ahli kejiwaan agar mendapat penanganan medis yang tepat.