Meningkatkan Kualitas Kesehatan Angkatan Kerja Indonesia
Pembangunan bangsa dipengaruhi berbagai faktor penyebab, salah satunya besarnya jumlah warga usia kerja. Peran kalangan pekerja sangatlah penting dan strategis dalam pembangunan bangsa, apalagi di Indonesia setidaknya ada 133 juta penduduk yang masuk ke kategori tersebut. Orang-orang yang masuk ke angkatan kerja merupakan penduduk usia produktif, yakni yang berusia 15 sampai 64 tahun dan siap melakukan pekerjaan.
Menunjang kualitas SDM pada usia produktif
Indonesia diprediksi akan mengalami puncak demografi pada 2035 dan dianggap menjadi tantangan bagi penduduk usia produktif. Kualitas mereka juga berpengaruh dalam menentukan peluang Indonesia bila ingin menjadi negara maju. Maka dari itu, untuk menciptakan SDM berkualitas, dibutuhkan pendekatan upaya kesehatan yang berpusat pada populasi pekerja.
Kelompok pekerja berdampak pada gizi keluarga, health literacy keluarga, hingga pembiasaan pola hidup sehat. Di sisi lain, angkatan kerja juga bersinggungan dengan masa reproduktif, sehingga perlu ada intervensi dalam bentuk Keluarga Berencana. Selain itu, angkatan kerja juga mempengaruhi AKI dan AKN, penyakit menular dan tidak menular, stunting, dan gangguan kesehatan lainnya.
Dalam hal ini, upaya kerja dan olahraga harus didukung berbagai pihak. Dibutuhkan integrasi dengan Lintas Program dan Sektor agar semuanya bekerja berdampingan. Ada pun program-program kesehatan kerja dan olahraga yang dapat diselenggarakan, antara lain:
-
Upaya penurunan AKI dan AKN beserta stunting dengan target pekerja perempuan yang bisa diintegrasikan bersama program Pos UKK (informal) dan GP2SP (formal);
-
Upaya penurunan prevalensi PTM dengan meningkatkan aktivitas fisik pada para pekerja lewat program K3 di perkantoran, K3 di rumah sakit, dan K3 di fasyankes.
Keberadaan Dinas Kesehatan di lapangan juga sangat diharapkan dalam pelaksanaan program-program di atas. Dinkes bisa berperan sebagai inisiator program serta penggerak agresif yang mensosialisasikan kegiatan terhadap seluruh stakeholder maupun advokasi kepada pemangku kebijakan. Dengan demikian, program kesehatan kerja dan olahraga bisa diintegrasikan secara maksimal dan mempunyai daya ungkit memadai untuk mencapai target prioritas. Jadi, kualitas angkatan kerja akan terus meningkat tajam.