Keluarga Berkualitas Cegah Tangkal Covid-19 #Reinstall Kehidupan
#Re-Install Kehidupan
Bulan Juni yang riuh dengan eskalasi pertambahan kasus Covid-19, pada 29 Juni kita diingatkan adanya Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) yang diperingati setiap tahun.
Tahun ini diperingati untuk ke-27 kali. Ketika pilihan TERBAIK #Dirumahsaja, maka makna Harganas jadi perhatian masyarakat.
Penetapan 29 Juni, cukup unik karena ada rangkaian yang sama pada waktu yang berbeda.
29 Juni 1945 ditandai dengan kembalinya para pejuang Proklamasi ke rumah masing-masing, berkumpul dengan keluarganya, setelah mempertahankan Republik Indonesia yang sudah Proklamasi pada 17 Agustus 1945 menghadapi agresi penjajahan, hingga Belanda menyerah dan menyerahkan kedaulatan bangsa Indonesia secara utuh pada 22 Juni 1945.
29 Juni 1970 merupakan PUNCAK kristalisasi pejuang Keluarga Berencana untuk memperkuat program Keluarga Berencana (KB), sehingga tanggal tersebut dikenal dengan tanggal dimulainya Gerakan KB Nasional.
Hari itu sebagai hari kebangkitan keluarga Indonesia. Hari bangkitnya kesadaran untuk membangun keluarga ke arah keluarga kecil bahagia sejahtera melalui Program KB.
Dalam tiga dekade banyak terobosan Program KB. Pertumbuhan penduduk yang tertata terencana, melalui penurunan Angka Kelahiran (TFR) dari semula 5,8 di tahun 1970 menjadi 2,1, sehingga mencatatkan Indonesia berhasil “mencegah” kelahiran hampir 100 juta tanpa paksa tetapi atas kesadaran seluruh keluarga Indonesia.
Kondisi itu memberi RUANG leluasa bagi Negara menggunakan Devisa untuk Pembangunan di semua sektor, meraih banyak prestasi termasuk posisi Human Development Index (HDI) terbaiknya.
Kala itu Program KB Indonesia menjadi tempat pembelajaran bagi negara-negara lain.
Program Kependudukan dan KB berhasil meraih penghargaan United Nation Population AWARD.
Prof. Dr. Haryono Suyono merupakan penggagas Hari Keluarga Nasional, saat itu Bapak Haryono merupakan Ketua Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Pada tahun 1992 Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto menetapkan tanggal 29 Juni sebagai Hari Keluarga Nasional.
Penetapan ini dilatarbelakangi pemberian penghargaan kepada rakyat Indonesia yang telah berjuang merebut dan mempertahankan RI dengan meninggalkan keluarganya.
Untuk pertama kalinya Hari Keluarga secara nasional dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada 29 Juni 1993 di Provinsi Lampung.
Pada 15 September 2014 terbit Keputusan Presiden RI Nomor 39 tahun 2014, dimana tanggal 29 Juni ditetapkan sebagai Hari Keluarga Nasional dan bukan hari libur.
PESAN HARI KELUARGA NASIONAL
Ada dan diperingatinya Harganas, untuk mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya KELUARGA sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara.
Keluarga diharapkan menjadi SUMBER yang selalu menghidupkan, memelihara dan memantapkan serta mengarahkan kekuatan tersebut sebagai PERISAI dalam menghadapi persoalan yang terjadi.
Menghadapi serbuan virus Covid-19 yang sangat infectious, virusnya tidak terlihat, berpindah antar manusia, 80% yang terinfeksi tanpa gejala, sampai kini belum ada obat dan vaksinnya, maka MENGHINDAR dari interaksi antara manusia dan berdiam di rumah adalah PERISAI pilihan.
Rumah yang efektif sebagai tempat perlindungan adalah rumah yang dihuni Keluarga Berkualitas.
Keluarga yang berkualitas akan memiliki Ketahanan terhadap apapun tantangannya.
Ketahanan Keluarga merupakan inti dari KETAHANAN NASIONAL.
HARGANAS DAN COVID-19
Serbuan massif pandemi Covid-19 menggoncang tata kehidupan manusia pada 216 Negara di seluruh benua.
Dalam prediksi penulis, jumlah terinfeksi akan segera menembus angka 10.000.000 kasus sedangkan Indonesia dalam 110 hari sejak orang pertama terinfeksi, kini mencapai lebih 50.000 kasus dengan kematian lebih 2.700 orang yang meliputi seluruh Provinsi dan lebih 430 Kabupaten/Kota.
Melihat UPAYA Pemerintah dan Masyarakat melakukan TRACING dan TEST yang semakin gencar, maka jumlah kasus akan semakin jauh BERTAMBAH, bahkan mungkin akan segera menembus diatas 100.000 kasus.
Itu adalah konsekuensi dari KESUNGGUHAN kita untuk menemukan kasus agar bisa dilakukan TREATMENT/penyembuhan dan menghentikan kasus DALAM KEPASTIAN.
Sementara itu, sikap terbaik masyarakat adalah melaksanakan dengan disiplin Protokol Kesehatan. Jika berada di luar rumah harus menggunakan Masker, Jaga jarak, Menghindari perkumpulan orang, Tingkatkan imunitas, dan sering Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Dan yang terbaik, #Dirumah saja.
#Dirumah saja, bermakna membangun kualitas keluarga.
Timbulnya PENYAKIT TANPA OBAT dan tanpa Vaksin, bertepatan dengan tibanya ERA INDUSTRI 4.0 yang ditandai dengan terjadinya CO-CREATIVE AND ECOSYSTEM-CENTRIC, menimbulkan “shifting the focus and looking to focus on individual NEEDS and engage more closely with their consumer”.
Intinya pergeseran dari Pendekatan Organisasi/Government menjadi Family approach.
Harganas 2020 sudah berada di era 4.0.
Pesan Era ini sangat tertuju pada Lembaga KELUARGA.
Jarak terdekat Individu dan kebutuhannya adalah RUANG yang namanya keluarga.
Pada dasarnya sesuai kodratnya, semua Orang bisa melindungi diri dan Keluarganya dari infeksi namun sebahagian besar manusia LUPA dan ABAI pada Standar minimal untuk Hidup Sehat dan berkualitas.
Dari KELEMAHAN ini, muncul masalah-masalah besar yaitu menurunnya Ketahanan Kesehatan yang berdampak langsung kepada aspek Ekonomi, Pendidikan, Keagamaan, Pangan, Sosial dan lain-lain.
Prof. Arif Satria, Rektor IPB University (Media Indonesia 28 April 2020) mengatakan bahwa menghadapi Covid-19 perlu dilakukan Re-install menuju Tata Kehidupan Baru.
Keluarga perlu RE-INSTALL. Ini harus dilakukan karena dalam sistem kehidupan yang ada telah terjadi kebuntuan, terjadi lock and deadlock.
Dengan Re-install, Keluarga melakukan perbaikan sistem dalam bidang kehidupan spiritual, kehidupan pembelajaran, tata hidup sehat, tata kehidupan ekologi, tata kehidupan sosial ekonomi.
Re-install di-era 4.0 mendatangkan inspirasi baru dalam tatanan Keluarga, di bidang Kesehatan melakukan STRENGTHENING SOURCE WELL BEING (penguatan seluruh sumberdaya kesejahteraan yang ada pada manusia dan lingkungannya).
WELL BEING atau Kesejahteraan Hidup adalah kondisi individu yang bersikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, mampu memutuskan dan mengatur tingkah lakunya, menata kelola lingkungan hidupnya, memiliki konsep hidup untuk lebih bermakna dan mampu mengembangkan dirinya.
Dari Rumah lewat Keluarga benih Well-Being bisa disemai.
KELUARGA DI ERA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
Keluarga yang Berencana adalah unit potensial yang memiliki konsep dalam Penguatan sumberdaya kemanusiaan yang dimilikinya.
Dikaitkan dengan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) maka potensi Keluarga dan Anggota keluarga menjadi kunci suksesnya.
HDI merupakan INDEKS IMPIAN seluruh Negara di dunia, karena indeks yang baik menggambarkan komposit kualitas manusia/anggota keluarga yang meliputi Kesehatan, Pendidikan dan Kemampuan ekonomi.
Dengan Keluarga Berencana (KB) pada aspek KESEHATAN akan menurunkan Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate/MMR), menurunkan Angka kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR) dan meningkatkan gizi anak (karena semakin sedikit jumlah anak semakin besar peluang dan perhatian kepada haknya),
Pada aspek PENDIDIKAN meningkatkan Kecerdasan, Angka Partisipasi Sekolah dan Tingkat Pendidikan.
Sedangkan pada aspek EKONOMI meningkatkan Public Saving, Private Saving dan Mutu Sumber Daya Manusia.
Ketiga aspek on track di jalan tepat meningkatkan HDI/Indeks Pembangunan Manusia Indonesia.
Tiap Keluarga, di desa maupun di kota, di pegunungan maupun di pantai, di lembah maupun di gunung, di pulau maupun kepulauan, jauh maupun dekat, semua mempunyai kesempatan yang SAMA untuk membangun Keluarga Berkualitas.
Apalagi di era komunikasi, semua punya jarak dan kecepatan yang sama untuk mendapat ilmu, pengetahuan, keterampilan dan kesempatan.
Untuk memperkuat basis eksistensial sebagai manusia, selama 15 tahun lebih Pemerintah melalui BKKBN dengan lebih 15.000 Penyuluh dan Petugas Lapangan KB serta didukung lebih 1.000.000 kader di seluruh desa/kelurahan menjadi TEMAN AKRAB keluarga Indonesia untuk “menghidupkan” keluarga menuju Keluarga Berkualitas yang ditandai dengan berjalannya 8 (delapan) fungsi yang menunjukkan adanya ROH dan KEHIDUPAN dalam keluarga.
Kedelapan FUNGSI tersebut adalah (1) Fungsi Keagamaan (Orangtua menjadi panutan baik dalam ibadah maupun perilaku), (2) Fungsi Sosial Budaya (Membangun tradisi santun bertutur kata, bersikap dan bertindak), (3) Fungsi Cinta Kasih (Membangun suasana kasih sayang agar cinta kasih bersemi dalam keluarga), (4).Fungsi Perlindungan (Menumbuhkan rasa aman, nyaman dan kehangatan), (5) Fungsi Reproduksi (Kematangan seksual dan mental serta pemahaman usia pernikahan dan perlunya mengatur jumlah anak, konsep 1000 Hari Pertama Kehidupan dan jarak kelahiran), (6) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan (Orangtua mendorong agar anaknya bersosialisasi dengan lingkungan. Orangtua menjadi Guru dan Teladan serta mendorong anak mengenyam Pendidikan), (7) Fungsi Ekonomi (Orangtua bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sekaligus menekankan kearifan berhemat dan menabung), (8) Fungsi Pembinaan Lingkungan (Menjaga dan memelihara lingkungan, keharmonisan keluarga dan lingkungan sekitar).
Tidak tahu akan berapa lama Virus Covid-19 berada di sekitar kita dan mencuri hari kehidupan kita.
Tetapi JANGAN kehilangan semua.
Kesempatan bersama di rumah adalah ANUGERAH.
Covid-19 hanya dapat ditaklukkan oleh Keluarga Berkualitas.
KESEMPATAN #Dirumah saja, adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada Dunia, untuk merenung dan melakukan Re-install (menata-ulang) tata kehidupan baru, dari satu cara hidup kemarin yang fatal dan mandeg untuk melindungi diri kita dari Penyakit, Kejatuhan, Kemiskinan dan Ketakutan MENUJU Era Kenormalan Baru yang mengandalkan KELUARGA yang berkecerdasan, disiplin, Tanggungjawab, Peduli Lingkungan dan Kerjasama.
Dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), Kepala BKKBN mengajak Keluarga Indonesia peduli pada Generasi masa depan Bangsa. Melalui tagline baru “BKKBN Baru Untuk Generasi Baru”, diharapkan para Orang Tua mengajak Putra/putrinya para Generasi Millenials (awal 80-an sampai 90-an) dengan ciri khasnya percaya diri, berorientasi sukses, kompetitif dan haus perhatian. Dan Generasi Z (1996-2010) dengan ciri khasnya menghargai keberagaman, menghendaki perubahan social, suka berbagi dan Berorientasi target. Generasi Alpha (lahir 2010-sekarang) cirinya belum terdeteksi.
Dengan karakter generasi yang telah terbaca, maka lewat DIALOG HANGAT di rumah, para orangtua bisa berinteraksi membangun Keluarga Berkualitas.
SELAMAT HARI KELUARGA INDONESIA KE-27 TAHUN 2020
BANGGA INDONESIA
Jakarta, 29 Juni 2020, jam 00.20
Penulis : Dr. Abidinsyah Siregar *)
Dr. Abidin/GOLansia.com/Kanal-kesehatan.com
KENORMALAN BARU (37): BANGGA INDONESIA
*) Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi BKKBN/ Mantan Komisioner KPHI/ Mantan Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO Searo, Thailand/ Mantan Ketua Harian MN Kahmi/ Mantan Ketua PB IDI/ Ketua PP IPHI/ Ketua PP ICMI/ Ketua PP DMI/ Waketum DPP JBMI/ Ketua PP ASKLIN/ Penasehat BRINUS/ Ketua IKAL FK USU/ Ketua PP KMA-PBS/ Ketua Orbinda PP IKAL Lemhannas.