Kecoak, Si-Teror Terbang yang Bisa Selamatkan Nyawa
Ada pepatah yang mengatakan “segala hal tercipta dengan manfaat dan fungsi masing-masing, sebab Tuhan tidak menciptakan sesuatu yang sia-sia”.
Nampaknya pepatah tersebut benar adanya. Segala hal yang ada di dunia ini memegang peran masing-masing, bahkan untuk sesuatu yang nampak tidak memiliki manfaat sama sekali. Tengok saja pada serangga yang paling dibenci hampir seantero isi bumi, kecoak.
Kebencian terhadap serangga kecil ini rupanya telah terjadi dan mengakar di sepanjang perjalanan sejarah manusia. Bangsa Mesir kuno dahulu memantrai pemukul-kepala Dewa Khnum agar jadi senjata pembunuh kecoak. Di Romawi kuno, Tetua Pliny, seorang filsuf dari abad pertama pernah menulis dengan mendeskripkan makhluk ‘menjijikkan’ yang satu ini sebagai hama.
Namun, lebih dari sekadar pencipta teror, kecoak ternyata memiliki sumbangsih besar pada dunia farmasi. Dilansir dari artikel yang berjudul “Cara Kecoak Menyelamatkan Nyawa” BBC mengungkapkan, dari total 4.500 spesies kecoak di dunia, hanya empat saja yang tergolong hama. Selebihnya telah hidup dan berbagi peran penting dalam ekosistem.
Kecoak yang memiliki ketahanan tubuh begitu kuat, bahkan di tempat terjorok sekalipun mereka berhasil hidup membuat banyak ilmuwan bertanya-tanya. Riset pun dilakukan, dan hasilnya sangat mengejutkan.
Penelitian di Universitas Nothingham menemukan kalau zat di otak kecoak bisa membunuh 90 persen bakteri penyebab Multi-drug Resistant Staphylococcus Aureus alias MRSA dan E Coli. MRSA merupakan bakteri yang bisa menyebabkan sejumlah infeksi fatal dalam tubuh, sama seperti E Coli yang dalam kadar tertentu adalah bakteri penyebab diare.
Di China, sebuah rumah sakit bahkan memanfaatkan kecoak sebagai bahan pembuat krim bubuk untuk mengobati luka bakar. Selain itu, sirup kecoak bahkan tak jarang digunakan untuk meringankan gejala flu perut.
Citra baik kecoak dalam dunia farmasi lantas sampai ke telinga Wang Fumming, seorang warga Shandong, Cina. Ia kemudian menjadikan kecoak sebagai peluang usaha. Hanya menggunakan lahan dan modal kecil, bisnis peternakan kecoanya mampu menghasilkan untung berkali-kali lipat. Setiap tahunnya, ia berhasil meraup untung sebesar $ 100 ribu atau kurang lebih setara Rp 120 juta.
Nah, peran kecoak di dunia farmasi membuktikan kalau tak ada yang sia-sia di dunia ini. Bahkan pada mahluk yang selama ini kita pikir paling tak bermanfaat dan hanya bisa menciptakan teror, rupanya juga memiliki peran penting pada ekosistem.