UKS, Garda Terdepan Keamanan Pangan Jajanan Sekolah
Melarang kemauan anak untuk jajan di sekolah memang gampang-gampang susah. Siapalah yang tak tergoda dengan penganan-penganan murah meriah, manis, asam, atau gurih, harum, dan kadang warnanya pun aduhai, yang dijual di sekitar gerbang sekolah. Jangankan anak-anak, orang tua pun kadang terlihat ikut antre di sekitar gerobak penjajanya di gerbang sekolah. Padahal, sudah jadi rahasia umum, di balik penganan dan minuman menggiurkan itu ada bahaya besar yang mengancam kesehatan.Pada 2013, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan laporan 31,8 persen makanan dan minuman jajanan yang dijual di lingkungan sekolah dasar mengandung bahan berbahaya. Sementara berdasarkan Riskesdas 2013, 26,4 persen anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama menderita anemia gizi. Salah satunya disebabkan kebiasaan jajan penganan-penganan yang mengenyangkan, tapi miskin gizi.Data Persatuan Ahli Gizi Medik Indonesia (PDGMI) 2011 menunjukkan jajanan sekolah hanya menyumbang 30 persen karbohidrat, 25 persen protein, dan 52 persen zat besi. Oleh karena itu penting bagi orangtua dan sekolah untuk selalu mengawasi kantin sekolah atau penjaja makanan di luar sekolah.Di sinilah peran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) amat diperlukan. UKS sebagai wadah lintas sektor sangat strategis menjadi garda terdepan untuk menghadang bahaya yang mengancam kesehatan siswa lewat jajanan ini.UKS punya tim Pembina. Salah satu tugasnya memberikan pembinaan sarana keteladanan gizi. Tim pembina dapat berdiskusi dengan para penyedia jajanan di sekolah mengenai keuntungan yang sama-sama bisa didapat ketika menjual jajanan yang bergizi dan higienis kepada anak sekolah, namun rasanya tetap enak, menarik, dan tentu saja murah.Tim juga dapat memberikan pagar-pagar, kriteria, atau menyeleksi jajanan yang boleh dijual di sekitar lingkungan sekolah. Semua ini memang pada akhirnya akan memaksa penyedia jajanan untuk kreatif menciptakan atau memilih penganan dan minuman yang dijual.Kepada siswa, tim pembina UKS dapat pula memberikan penyuluhan yang sifatnya interaktif dengan menunjukkan manfaat yang siswa dapatkan, terutama untuk menunjang kegiatan belajarnya, ketika mengonsumsi jajanan yang sehat.Memang dibutuhkan dibutuhkan sumber daya yang mencukupi untuk melakukan pembinaan ini, namun investasi yang ditanamkan untuk menciptakan sumber daya yang memadai akan sebanding dengan hasilnya, yakni terciptanya generasi penerus yang sehat dan cerdas karena asupan gizi yang seimbang. (*)