Target 1A: Menurunkan Jumlah Penduduk dengan Tingkat Pendapatan Kurang dari $1 /hari
Target 1A:Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan Tingkat Pendapatan Kurang Dari US$ 1 perhari. Di penghujung abad lalu, Indonesia mengalami perubahan besar yaitu proses reformasi ekonomi dan demokratisasi dalam bidang politik. Tidak begitu lama kemudian, tepatnya pada tahun 2000, para pimpinan dunia bertemu di New York dan menandatangani “Deklarasi Milennium” yang berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan.Komitmen tersebut diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millennium Develompent Goals (MDGs). Tujuan pertama adalah memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem, dengan target pertama adalah menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari US$ 1 perhari.Situasi Saat Ini: Menggunakan garis kemiskinan nasional, angka kemiskinan Indonesia pada 1990 adalah 15,1%. Dasar perhitungan berubah pada 1996, sehingga sebenarnya data setelah itu tidak bisa begitu saja dibandingkan dengan data-data dari tahun-tahun sebelumnya. Seandainya kita menggunakan dasar perhitungan saat ini, angka pada 1990 akan sedikit lebih tinggi dari 15,1%. Pada 2006, terjadi peningkatan kemiskinan yang kemudian sedikit menurun pada 2008 menjadi 15,4%. Mencermati berbagai kecenderungan akhir-akhir ini, seharusnya masih mungkin untuk mengurangi kemiskinan menjadi 7,5% pada 2015. Sementara, menggunakan garis kemiskinan 1 dollar per hari, situasi sepenuhnya berbeda. Berbasiskan ukuran tersebut, Indonesia telah mencapai target karena berhasil mengurangi kemiskinan dari 21% (1990) menjadi 7,5% pada 2006.Dua indikator lain memberikan informasi pelengkap. Indikator yang lebih rumit adalah “rasio kesenjangan kemiskinan (poverty gap ratio)” yang mengukur perbedaan antara penghasilan rata-rata penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Pada 1990 rasio-nya adalah 2,7% dan 2,8% pada 2008, menunjukkan bahwa situasi penduduk miskin belum banyak mengalami perubahan. Indikator yang lebih sederhana adalah indikator penyebaran penghasilan: total jumlah konsumsi penduduk termiskin secara nasional adalah 20%. Ini pun belum banyak berubah. Antara tahun 2990 dan 2008, angkanya berada pada sekitar 9%.
Untuk 2008, sebagai tahun paling akhir yang memiliki informasi per propinsi, angka kemiskinan untuk Jakarta hanya sekitar 4,3%, namun di Papua angkanya sekitar 37.1%. Selain itu, masih banyak variasi di setiap propinsi dan kabupaten, seperti terlihat pada Gambar 1.1 berikut ini.
Pada 2008, angka kemiskinan nasional adalah 15,4% atau terdapat hampir 35 juta penduduk miskin. Berdasarkan angka tersebut, artinya pencapaian MDGs kita tidak mengalami kemajuan berarti. Untuk kemiskinan, target yang dipatok adalah 7,5% berdasarkan separuh angka kemiskinan tahun 1990 yang berjumlah 15,1%. Sebenarnya, kondisi saat ini bahkan lebih parah. Namun, mencermati gambar 1.2, akan terlihat bahwa situasi yang ada tidak terlalu buruk. Meski angkanya cukup tinggi, namuun kecenderungan menurun. Menyusul krisi moneter pada 1998, terjadi kenaikan tajam angka kemiskinan 24,2%. Sejak itu, angka kemiskinan terus turun untuk kemudian naik pada 2006, kemungkinan akibat melonjaknya harga-harga bahan makanan dan bahan bakan minyak.“Seandainya tidak ada orang miskin, hampir semua masalah kita praktis terselesaikan. Ketika anda punya uang, anda tentu bisa memeriksakan diri ke dokter yang baik. Anda juga bisa memperoleh sambungan jaringan air minum serta makanan berkualitas. Karena itu, tujuan pertama dalam MDGs adalah mengurangi jumlah penduduk miskin.”