5 Tips Sehat ala Santri di Era Pandemi

| Dilihat 2493 Kali

5 Tips Sehat ala Santri di Era Pandemi
5 Tips Sehat ala Santri di Era Pandemi

Pandemi Covid-19 di Indonesia yang tak kunjung berakhir membawa kita semua pada situasi yang penuh dengan dinamika perubahan. Namun kabar baiknya saat ini, data memerlihatkan kondisi yang sudah mulai terkendali dari penularan Covid-19 dibandingkan dari bulan-bulan sebelumnya. Data hari ini, Rabu (8/9) menunjukkan bahwa situasi virus Covid-19 di Indonesia dengan positivity rate sebesar 4,6% sedikit dibawah angka 5 persen dari batasan Organisasi Kesehatan (WHO). Semakin rendah persentasenya, maka semakin baik pengendaliannya. Hal ini tentunya merupakan kabar yang membahagiakan akan tetapi perlu juga dijaga agar situasi tidak memburuk kembali pada semua tatanan termasuk di tatanan pesantren.

Pesantren yang merupakan satuan pendidikan/lembaga berasrama dalam melaksanakan aktivitasnya di masa pandemi Covid-19tentunya harus memperhatikan kebijakan Pemerintah tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang juga masih berlaku dan berpedoman pada ketentuan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri serta memastikan bahwa lingkungan dan asrama/fasilitas pembelajarannya aman dari Covid-19 dan telah memenuhi standar protokol kesehatan. Pesantren adalah tempat yang berisiko terjadinya penularan penyakit karena tempat berkumpul banyak santri. Berbagai aktivitas santri sering dilakukan secara bersama. Hal ini menjadi risiko yang besar terhadap penularan Covid-19, jika tidak ada upaya yang dilakukan.

Tips Sehat ala Santri di Era Pandemi yaitu dengan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di pesantren dengan 5 tips sebagai berikut.

1. Mencuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir

Mencuci tangan tidak hanya dilakukan dengan air yang mengalir saja akan tetapi harus menggunakan sabun. Tangan perlu dicuci dengan benar terutama sebelum makan atau memegang makanan, membuat atau menyiapkan makanan, dan lain lain.

Terdapat 6 langkah mencuci tangan, yaitu:

  • Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
  • Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
  • Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih.
  • Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci.
  • Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
  • Letakkan ujung jari ke telapak tangan, kemudian gosok perlahan. Bilas dengan air bersih dan keringkan.

Rasulullah SAW bersabda

إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ، فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا . فَإِنَّهُ لَا يَدْرِيْ أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ (رواه البخاري: 162 مسلم: 278)

Artinya: “Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka jangan mencelupkan tangannya ke dalam bejana sebelum ia mencucinya tiga kali. Karena ia tidak mengetahui dimana letak tangannya semalam” (HR. Bukhari no. 162, Muslim no. 278).

Hadits diatas menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan diri terutama tangan. Baru bangun tidur saja dianjurkan mencuci tangan, apalagi jika sehabis melakukan kegiatan yang memungkinkan tangan tercemar berbagai kuman penyakit seperti sehabis Buang Air Besar (BAB), buang air kecil, bermain di lapangan, dan melakukan kegiatan di area pesantren yang kemungkinan tangan bisa tercemar. Membasuh tangan juga ada didalam rukun berwudhu yang dilakukan minimal 5 kali dalam sehari. Dengan demikian, Allah SWT dan Rasul-Nya tentu tidaklah mensyariatkan pentingnya membasuh tangan ini melainkan ada banyak manfaat yang terkandung didalamnya.

 

2. Memakai masker

Pada saat seseorang batuk, bersin, berbicara, virus dapat dengan mudah berpindah dari luar tubuh manusia melalui droplet (air liur/percikan cairan). Batuk dan bersin adalah cara yang paling efektif untuk virus menular pada orang lain yang tidak memiliki kekebalan spesifik terhadap virus tersebut. Memakai masker lebih ditujukan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit pada orang-orang di sekitar.

Masker kain dapat digunakan di pesantren dengan ketentuan pemakaian, yaitu membersihkan tangan sebelum menyentuh masker; mengambil masker dengan cara memegang kaitnya; mengecek masker jika ada kerusakan atau kotor; menggunakan masker kain 3 lapis; menyesuaikan masker dengan wajah, masker menutupi area mulut, hidung, dan dagu; menghindari menyentuh area masker bagian depan; mengganti masker setelah 4 jam digunakan; mencuci tangan sebelum melepas masker; melepas masker dengan menyentuh bagian kaitnya; menarik masker menjauhi muka; menyimpan masker dalam plastik bersih tertutup jika masker tidak kotor untuk pemakian selanjutnya; mencuci masker kain dengan detergen sebaiknya dengan air panas; serta mencuci tangan setelah melepaskan masker.

Saat ini, hasil studimerekomendasikan untuk memakai masker ganda (kombinasi masker medis di bagian dalam dan masker kain di bagian luar). Hal tersebut dapat mengurangi risiko terpapar Covid-19 secara signifikan. Begitu juga dengan memakai masker medis yang talinya diikat dan disisipkan agar meminimalisir rongga saat pemakaian.

Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, hendaknya orang yang bersin untuk menutup wajahnya dengan tangan atau kainnya dan merendahkan suara bersinnya.

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ

Artinya: “Bahwasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau menutup wajah dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.” [HR. Ahmad II/439, al-Hakim IV/264, Abu Dawud no. 5029, at-Tirmidzi no. 2746. Lihat Shahih at-Tirmidzi II/355 no. 2205]

Hadits tersebut menerangkan anjuran pentingnya menutup wajah atau mulut seseorang pada saat bersin. Pada saat seseorang bicara dan bersin, banyak mengeluarkan virus maupun bakteri berbahaya. Apalagi jika seseorang tersebut sudah sakit batuk yang sudah jelas ia terinfeksi suatu penyakit. Pada saat ini akan lebih efektif menutupnya dengan menggunakan masker.

 

3. Menjaga Jarak

Menjaga jarak menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berarti menjaga jarak fisik minimal 1,5 meter.Menjaga jarak bukan berartimemutuskan kontak dengan Kyai, Ustadz/ustadzah, teman, dan keluargaakan tetapi memastikan dengan jarak tersebut virustidak menyebar. Biasanya suatu pesantren memiliki santri yang jumlahnya puluhan sampai ribuan di dalam asrama. Penerapan jaga jarakini perlu dilakukan selama virus masih melanda negeri ini disesuaikan dengan jenis kegiatan dan sistem pembelajaran di pesantren masing-masing.

Contoh penerapan jaga jarak di pesantren seperti menjaga jarak pada saat kegiatan pengajian, mengganti cara bersalaman dengan merapatkan telapak tangan kanan dan kiri yang diletakkan di depan dada (tidak bersentuhan), tidak bepergian ke luar pesantren kecuali kebutuhan yang sangat mendesak, keluarga santri tidak berkunjung jika dalam keadaan sakit, dan lain-lain.

Sebagaimana Hadis Rasulullah SAW, antara lain:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُوْنِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوْهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوْا مِنْهَا

Artinya: “Dari Nabi SAW sesungguhnya beliau bersabda: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR. al-Bukhari).

Hadits diatas menjelaskan perlunya untuk tidak memasuki suatu wilayah apalagi mendekatinya apabila sedang terjadi wabah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari penularan dari wabah tersebut. Qaidah Fiqhiyyah dalam menghadapi COVID-19 ini diantaranya yaitu:

دَرْءُ المَفَاسِدُ مُقَدَّمُ عَلَى جَلْبِ المَصَالِحِ

“Menolak mafsadah (kerusakan) didahulukan dari pada mencari kemaslahatan”.

 

4. Vaksinasi

Vaksinasi adalah pemberian vaksin yang khusus diberikan dalam rangka menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan.

Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 bertujuan untuk mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity), menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19, memutus rantai penularan Covid-19, serta melindungi masyarakat dari Covid-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi. Saat ini, vaksinasi sudah dapat dilakukan kepada santri usia 12 tahun ke atas.

Vaksinasi ini penting dalam penangananCovid-19. Hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa Lā dhororo wa lā dhirôro (لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ) artinya “Tidak boleh membahayakan diri dan membahayakan orang lain” (HR. Ahmad, Malik, dan Ibnu Majah). Qaidah Fiqhiyyah pun menyatakan bahwa Addhorôru Yuzālu (الضَّرَرُ يُزَالُ) artinya ”Bahaya harus dihilangkan”. Selanjutnya ungkapan Islam menyatakan bahwa “al-wiqāyah khoirun minal ‘ilaj” artinya pencegahan itu lebih baik daripada mengobati.

 

5. Berdoa

Kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu aspek penting dalam kesehatan tersebut, yaitu kesehatan spiritual. Kesehatan spiritual ini dicerminkan dari pengekspresian seseorang dalam mengungkapkan rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap Allah SWT. Spiritual yang sehat dapat tampak dari praktik keagamaan/kepercayaan dan perbuatan baik sesuai norma masyarakat salah satunya dengan berdoa.

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akanKuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”(QS. Ghofir/ Al Mu’min: 60).

 

Selain itu, berdoa merupakan senjata bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

الدُّعَاءُ سِلاَحُ الْمُؤْمِنِ، وَعِمَادُ الدِّيْنِ، وَنُوْرُالسَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

Artinya: “Doa adalah senjata seorang Mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi.” (HR Abu Ya’la).

 

Hadits lain, Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

Artinya:“Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala selain do’a.”(HR. Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362).

Ayo para santri, lakukan 5 Tips Sehat ala Santri di Era Pandemiagar pesantren tidak menjadi penyumbang kasus penularan Covid-19. Jaga Kyai, Jaga Bu Nyai, dan Jaga para santri dari Covid-19.

 

Kontributor: Muh Nur Akhsin Ridho, S.Si, MKM, MH

Editor: Eunice Margarini, SKM, MIPH